Apakah Anda memiliki keris di rumah, dan seperti apa bentuknya? Pasti sangat unik, karena tidak semua orang memiliki koleksi seperti ini. Senjata tradisional Indonesia ini telah ada sejak sekitar 700 tahun yang lalu! Panjang sekali sejarahnya, bukan? Oleh karena itu, kami akan membagikan 8 fakta menarik mengenai keris. Apakah Anda penasaran? Simak daftarnya di bawah ini.
1. Senjata Tradisional Budaya Indonesia
Pembuatan keris diduga terinspirasi oleh peninggalan perundagian dari kebudayaan Dongson dan Tiongkok Selatan. Masuknya dua pengaruh budaya ini kemungkinan menjadi awal mula terciptanya keris di Indonesia. Hal ini dapat dibuktikan melalui pahatan arca dan relief candi dari masa megalitikum hingga abad ke-9 dan ke-11 Masehi yang dapat ditemukan di Candi Borobudur dan candi-candi dari masa Mataram Kuno lainnya.
Keris telah umum digunakan pada masa Kerajaan Majapahit dan menjadi simbol senjata tradisional budaya Indonesia. Beberapa keris legendaris asli Indonesia antara lain Keris Empu Gandring, Keris Pusaka Setan Kober, Keris Kyai Sengkelat, Keris Kyai Condong Campur, dan Keris Nagasasra. Sejak zaman dahulu, keris berfungsi sebagai senjata tikam yang dikenal dengan bentuknya yang khas. Secara etimologis, kata keris diperkirakan berasal dari Bahasa Jawa, yaitu “Mlungker-mlungker kang bisa ngiris,” yang kemudian disingkat menjadi Keris.
2. Terbuat Dari Meteor
Salah satu keris kuno dari zaman kerajaan di Jawa yang masih ada, Kanjeng Kyai Pamor, ternyata terbuat dari meteor! Menarik sekali, bukan? Penelitian telah membuktikan kebenaran ini. Menurut sejarah, bahan tersebut diperoleh saat meteor jatuh di Prambanan pada tahun 1749. Selain itu, para empu di tanah Jawa pada era Kerajaan Mataram Sultan Agung sekitar abad ke-16 juga memanfaatkan meteor sebagai bahan pembuatan keris. Mereka menggunakan metode tradisional yang disebut melekan (tirakatan) dan transformasi alam untuk mendeteksi meteor serta memilih logam yang terbaik.
3. Proses Pembuatannya Menarik
Pembuatan keris memiliki proses yang cukup menarik. Langkah pertama adalah pemilihan bahan yang akan digunakan. Di era kerajaan, bahan yang dipilih adalah meteor, sedangkan saat ini, bahan yang umum digunakan meliputi nikel, besi, dan baja. Selanjutnya, bahan tersebut harus ‘digembleng’ dan ditempa. Setelah bahan melunak, proses dilanjutkan dengan penataan dan penghalusan, diakhiri dengan pengamalan. Proses terakhir melibatkan pengukiran dan pembersihan. Yang lebih menarik, para pengrajin keris biasanya memilih hari yang baik untuk memulai pembuatan.
4. Perbedaan Fungsi Antara Masa Lalu dan Sekarang
Fungsi keris telah mengalami perubahan signifikan dari masa kerajaan hingga saat ini. Perbedaan yang paling mencolok adalah pada masa lalu, keris digunakan sebagai senjata dalam peperangan dan dalam berbagai upacara adat. Sementara itu, di era modern, keris lebih berfungsi sebagai aksesori dalam busana adat atau sebagai koleksi yang memiliki nilai estetika. Saat ini, senjata yang lebih umum digunakan adalah senjata api seperti pistol dan senapan serbu.
5. Dua Jenis Bentuk Keris
Secara umum, keris terdiri dari dua jenis bentuk, yaitu keris lurus dan keris luk atau berlekuk. Pada masa lalu, keris lurus biasanya digunakan sebagai senjata untuk menusuk dan menyabet lawan, sedangkan keris berlekuk berfungsi untuk menahan dan menangkis serangan musuh. Bentuk berlekuk juga membuat keris lebih tahan terhadap patahan saat bertabrakan. Dalam hal menusuk, keris berlekuk lebih menyakitkan dan sulit untuk dicabut dibandingkan dengan keris lurus. Di zaman sekarang, perbedaan ini lebih terlihat dari segi estetika.
6. Nilai Estetikanya Diakui oleh UNESCO
Tahukah Anda bahwa UNESCO telah mengakui keris sebagai warisan dunia? Sejak tahun 2005, keris Indonesia terdaftar di UNESCO sebagai Warisan Budaya Dunia Non Bendawi Manusia (Intangible Cultural Heritage of Humanity). Menurut UNESCO, keris Indonesia memiliki nilai estetika yang luar biasa, yang mencakup aspek dhapur, pamor, dan tangguh.
7. Keris yang Mampu Berdiri Tegak
Beberapa keris tua yang ada di Indonesia memiliki kemampuan untuk berdiri tegak. Hal ini disebabkan oleh desain arsitektur keris yang sangat detail, yang menciptakan keseimbangan simetris sehingga memungkinkan keris berdiri tegak dari ujung mata. Namun, hanya sejumlah keris tertentu yang dapat melakukan hal ini, terutama yang berasal dari peninggalan Mataram, Majapahit, Tuban, dan Kediri. Untuk mendirikan keris tersebut, diperlukan teknik khusus, seperti tidak menggunakan pegangan, membuka keris dengan hati-hati, dan menghindari benturan agar keris tidak mengalami kerusakan.
8. Selalu Ditemani Sarung Keris
Seperti halnya sepatu yang tidak terpisahkan dari kaki, keris juga tidak dapat dipisahkan dari sarungnya. Warangka atau sarung keris memiliki peran penting, yaitu mencerminkan status sosial pemiliknya. Secara umum, terdapat dua jenis warangka, yaitu warangka ladrang dan gayaman. Warangka ladrang biasanya digunakan dalam upacara resmi seperti acara di keraton atau saat menghadap raja, sedangkan warangka gayaman lebih sering digunakan untuk keperluan sehari-hari.