spot_img
Tuesday, July 8, 2025
HomeBudayaSerba-serbi Penutupan Plengkung Gading Yogyakarta

Serba-serbi Penutupan Plengkung Gading Yogyakarta

-

Plengkung Gading, yang juga dikenal sebagai Plengkung Nirbaya, resmi ditutup pada hari Sabtu lalu. Penutupan ini dilakukan setelah Pemerintah Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) melaksanakan uji coba Sistem Satu Arah (SSA) di awal pekan.

Kebijakan ini mendapatkan berbagai tanggapan dari masyarakat. Beberapa mengeluh karena penjualan mereka menurun drastis, sementara yang lain merasa terpaksa harus memutar jauh.

1. Penjelasan dari Pemda DIY
Kepala Dinas Kebudayaan DIY, Dian Lakshmi Pratiwi, menjelaskan bahwa keputusan ini diambil berdasarkan hasil rapat evaluasi SSA di Dinas PUPESDM DIY pada hari Jumat (14/3). Dian Lakshmi menyatakan bahwa penilaian terhadap situasi Plengkung Nirbaya setelah penerapan SSA menunjukkan perlunya upaya konservasi yang menyeluruh untuk menyelamatkan Plengkung Nirbaya. Hasil penilaian menunjukkan bahwa kondisi Plengkung Nirbaya lebih mengkhawatirkan daripada yang diperkirakan sebelumnya.

Pembatasan akses selama tahap uji coba ternyata tidak cukup efektif untuk memberikan ruang bagi penanganan yang komprehensif terhadap plengkung tersebut.

“Tindakan ini tidak hanya bertujuan untuk menyelamatkan Plengkung Nirbaya, tetapi juga untuk melindungi keselamatan manusia dan kendaraan yang mungkin terpengaruh oleh kerentanan Plengkung Nirbaya. Oleh karena itu, perlu ada langkah antisipatif terhadap potensi kejadian yang tidak diinginkan,” ungkap Kepala Dinas Kebudayaan DIY, Dian Lakshmi Pratiwi, dalam keterangannya pada hari Sabtu (15/3/2025).

Penutupan akses yang terkesan mendadak ini diambil berdasarkan indikasi dampak yang muncul akibat tekanan usia struktur, pembangunan, dan lingkungan. Setelah dilakukan pemantauan dan penanganan benteng sejak tahun 2015 hingga kini, ditemukan bahwa akumulasi dampak yang terjadi lebih parah dari yang diperkirakan.

“Dalam menangani Plengkung Nirbaya, masih diperlukan kebijakan penanganan yang komprehensif untuk mengurangi dampak dari tekanan yang membebani bangunan,” jelas Dian.

Penutupan Plengkung Nirbaya secara total ini merupakan langkah penting dalam mendukung upaya penyelamatan secara menyeluruh. Untuk melindungi Plengkung Nirbaya, diperlukan waktu dan ruang yang lebih optimal untuk mengidentifikasi serta mendokumentasikan semua kerentanan dan potensi kerusakan yang dapat mempengaruhi manusia dan lingkungan.

“Untuk memberikan waktu dan ruang yang cukup dalam pemetaan kerentanan dan potensi kerusakan lainnya, disarankan agar segera diambil kebijakan untuk menutup akses masuk dan keluar dari sisi utara dan selatan bangunan ini,” jelas Dian.

2. Keluhan Pedagang dan Juru Parkir
Penutupan Plengkung Gading mendapatkan tanggapan dari para pelaku usaha. Salah satunya adalah Nur, penjaga toko fotokopi, yang mengungkapkan bahwa jumlah pelanggan di tokonya menurun setelah penutupan tersebut.

“Jadi sepi, dampaknya langsung terasa karena pesanan berkurang seiring dengan sepinya jalan. Apalagi (pengendara) sulit untuk masuk ke sini,” kata Nur saat ditemui di lokasi.

Selain Nur, seorang penjual gorengan yang enggan disebutkan namanya juga merasa sedih dengan penutupan akses Plengkung Nirbaya. Dia baru mulai berjualan di awal Ramadan ini.

“Biasanya banyak orang berlalu-lalang di sini, sekarang jauh berkurang. Ini sangat sulit, terutama bagi pedagang di sekitar,” ungkap penjual gorengan tersebut.

Dia berharap penutupan ini tidak bersifat permanen, agar warga yang bergantung pada penjualan bisa kembali beraktivitas seperti biasa.

Tak hanya para pedagang, keluhan juga datang dari Haris, seorang juru parkir. Dia mengakui bahwa pendapatannya menurun drastis.

“Kalau Plengkung Gading ditutup seperti ini, saya dapat apa? Bukan hanya penjual makanan, semua pedagang di sekitar sini juga merasakan dampaknya karena tidak ada orang yang lewat,” ujar Haris.

Selama dua tahun saya berada di sini, pernah sehari saya hanya mendapatkan 15 ribu, tetapi seringkali lebih dari itu. Namun hari ini, saya hanya mendapatkan 3 ribu. Ini sangat berdampak negatif, ujar Haris.

3. Keluhan Warga
Selain para pelaku usaha, warga di sekitar juga merasakan dampak dari penutupan Plengkung Gading. Salah satunya adalah Pak Otong.

“Saya sering melewati jalan ini, sekarang jadi sulit karena harus memutar jauh. Terlebih lagi, saya perlu bertemu banyak pelanggan di Jogokariyan dan Gedong Tengen. Semua itu harus memutar jauh,” jelasnya.

Pak Otong juga menambahkan bahwa banyak orang yang mengeluhkan penutupan ini. Sebelumnya, Plengkung Gading direncanakan untuk menggunakan Sistem Satu Arah (SSA) selama sebulan, tetapi baru seminggu, jalan tersebut ditutup sepenuhnya.

“Banyak yang mengeluh. Kemarin sempat satu arah, yang keluar dari sana tidak boleh masuk sini. Semoga jalan ini bisa dibuka kembali, meskipun dengan sistem satu arah,” harapnya.

Artikel Terkait

Terbaru